Peran guru di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) telah bergeser secara signifikan. Mereka tidak lagi hanya menjadi penyalur ilmu, melainkan fasilitator dan coach yang memberdayakan siswa. Pergeseran ini menuntut guru untuk menguasai teknik baru dalam Mendampingi Siswa merencanakan tujuan belajar mereka sendiri, sebuah proses yang krusial untuk menumbuhkan rasa kepemilikan dan Pembelajar Mandiri. Peran coach melibatkan seni bertanya yang kuat, mendengarkan secara aktif, dan menahan diri dari memberikan jawaban langsung, memastikan bahwa inisiatif dan solusi datang dari siswa itu sendiri. Mendampingi Siswa melalui proses perencanaan tujuan adalah investasi langsung pada masa depan akademik dan profesional mereka.
Penerapan Model GROW dalam Pembinaan Siswa
Salah satu kerangka kerja coaching yang paling efektif untuk Mendampingi Siswa adalah model GROW (Goal, Reality, Options, Will). Model ini membantu siswa secara terstruktur memecah ambisi besar menjadi langkah-langkah yang dapat ditindaklanjuti, sebuah praktik yang dapat diterapkan oleh Guru Bimbingan Konseling (BK) maupun guru mata pelajaran.
- Goal (Tujuan): Guru memulai dengan mengajukan pertanyaan terbuka: “Apa yang ingin kamu capai dalam mata pelajaran Kimia di semester ini?” Tujuannya harus spesifik, misalnya, “Saya ingin mendapatkan nilai minimal 85 di rapor Kimia.”
- Reality (Realitas): Guru membantu siswa menilai situasi saat ini secara jujur. “Berapa nilai rata-rata kamu sekarang, dan apa saja kendala yang membuatmu tidak bisa mencapai 85?” Pertanyaan ini mengungkap tantangan nyata, seperti manajemen waktu yang buruk atau kesulitan pada topik stoikiometri.
- Options (Pilihan): Siswa didorong untuk menghasilkan solusi sendiri. “Jika kendalanya adalah stoikiometri, apa tiga cara berbeda yang bisa kamu coba untuk mengatasinya?” Jawaban bisa berupa, “Mencari video tutorial tambahan,” atau “Meminta sesi tambahan dengan guru setiap Hari Jumat.”
- Will (Kemauan/Tindakan): Fase terakhir fokus pada komitmen. “Langkah mana yang akan kamu ambil pertama, kapan kamu akan memulainya (tanggal), dan bagaimana kamu akan mengukur keberhasilannya?”
Contoh praktis penerapan ini terlihat pada SMP Harapan Bangsa pada Oktober 2024, di mana guru BK, Pak Deni, menggunakan model GROW untuk Mendampingi Siswa Kelas IX dalam menetapkan target masuk ke SMA unggulan.
Mendukung Refleksi Diri dan Self-Efficacy
Inti dari coaching adalah membantu siswa melakukan refleksi diri. Guru tidak memberikan rencana; guru mengajukan pertanyaan yang memicu pemikiran mendalam, seperti, “Apa yang telah kamu pelajari dari kegagalanmu pada ulangan sebelumnya?” dan “Apa yang bisa kamu lakukan secara berbeda minggu depan?”
Proses refleksi ini secara konsisten membangun self-efficacy (keyakinan akan kemampuan diri untuk mencapai tujuan). Ketika siswa sendiri yang merumuskan solusi, mereka secara psikologis lebih berkomitmen untuk melaksanakannya. Ini adalah langkah penting dalam mengubah “siswa yang dimotivasi” menjadi Pembelajar Mandiri.
Korelasi dengan Kemandirian Finansial
Teknik coaching guru dalam Mendampingi Siswa merencanakan tujuan adalah pelatihan awal untuk mencapai Kemandirian Finansial. Sama seperti mereka belajar memecah tujuan akademik (nilai 85) menjadi langkah-langkah kecil, mereka juga akan belajar memecah tujuan finansial (misalnya, menabung Rp 5.000.000 dalam setahun) menjadi tindakan mingguan atau bulanan yang dapat dikelola.
Coaching mengajarkan disiplin, accountability (tanggung jawab terhadap komitmen), dan kemampuan adaptasi—semua Keterampilan Soft Skill yang vital dalam mengelola anggaran, berinvestasi, dan menghadapi ketidakpastian ekonomi. Guru sebagai coach tidak hanya menciptakan siswa yang cerdas di kelas, tetapi juga individu dewasa yang memiliki Kekuatan Mental Juara dan perencanaan strategis untuk mencapai Kemandirian Finansial yang utuh di masa depan.